Pengunjung

Arsip Blog

Suamiku tercinta

Foto 

“mama… kok ayah sekarang dirumah Cuma kalau malam aja?” tanya hari, putra semata wayangku pada suatu hari.

Aku hanya terdiam mendengar hal ini. aku hanya bisa membelai rambutnya yang tebal dan hitam, mencoba membuatnya nyaman. Anak anak bisa begitu rindu pada sosok anaknya bukan?

Suamiku memang seorang yang sangat sibuk dengan urusan kantornya. Dia hanya punya waktu sedikit dengan kami, keluarganya. Semua ini dimulai dua tahun yang lalu, ketika putra kami merayakan ulang tahunnya yang ke empat. Mas herman mendapatkan promosi jabatan. Dia menjadi manajer pemasaran dikantornya. Tentu saja hal ini merupakan sebuah berita yang sangat menggembirakan bagi kami. Posisi tinggi berarti pemasukan lebih besar, dan kualitas hidup keluarga kecil kami menjadi lebih baik.

Namun hal ini hanya manis diawal saja. Memang kekuasaan dan uang merupakan dua hal yang terkadang menjadi buruan bagi para pria dengan ego yang meledak ledak dalam jiwa mereka. Dan bagaimanapun aku, sebagai seorang istri tidak bisa menyangkal hal ini. semakin besar penghasilan suamiku, maka semua kebutuhan semakin lebih mudah untuk dipenuhi. Namun bagaimanapun juga, sebuah keluarga memerlukan waktu sendiri untuk hadir sebagai sebuah yang utuh. Aku dan hari membutuhkan perhatian, kehadiran, dan cinta kasih mas herman disamping masalah perut semata. Mungkin bagi para pria hal itu cukup menjengkelkan dan menyita banyak tenaga, namun itu adalah resiko dan tanggung jawab bagi tiap angota keluarga, terlebih lagi bagi dirinya sebagai sosok pemimpin keluarga. Sejak jabatannya naik, mas herman menjadi sering pulang telat, waktu untuk kami berdua praktis sangat berkurang, dimana pukul 7 pagi dia harus segera berangkat kembali.

Mas herman kerapkali pulang disaat hari sudah tertidur, dan makan malam sudah dingin menjadi tidak menarik selera lagi. Begitu dia sampai, tanpa menyisakan waktu bagiku untuk sekedar mengobrol mas herman langsung tidur. Hari minggu yang seharusnya merupakan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, dia gunakan untuk tidur dan tidur. “aku harus menghimpun tenaga buat rutinitas minggu depan kembali” begitu katanya. Tentu saja hal ini menjadikanku sangat sedih. Namun sebagai sosok dibelakang pria dengan segala kesuksesan dan kekurangannya, aku harus bisa memahami hal ini.
Namun duniaku seperti berbalik, semuanya menjadi terasa hancur ketika pada suatu minggu aku mengetahui segalanya. Aku mengetahui bahwa mas herman telah berselingkuh dariu. Oh Tuhan! Begitu teganya dia mengkhianati aku? Begitu kejamnya dia menghancurkan keluarga kami yang indah ini? oh Tuhan… aku tidak bisa berpikir waras lagi.. saat itu juga aku bertengkar hebat dengan suamiku, dan hari menangis begitu kerasnya di tengah pertengkaran itu… aku benar benar tidak bisa mengontrol emosiku lagi….

Setelah pertengkaran itu, mas herman semakin dingin terhadap kami. Dia tidak pernah berkata sepatah katapun kepada kami, bahkan sekedar menyapa sekalipun. Mungkin apa yang telah aku katakana sebelumnya telah begitu menyakiti hatinya. Namun kupikir aku berhak untu itu! aku berhak untuk marah dan memakinya!

Namun dia tetap saja pulang larut malam. Dan hanya memandang kami dengan tatapan mata dingin, namun terhadapku sorot matanya Nampak begitu marah. Aku tahu dia marah kepadaku, dan dia memang layak untuk marah kepadaku setelah apa yang telah aku lakukan. Namun aku selalu berharap kini bahwa dia setidaknya berbicara kepada hari, tidak perlu berbicara kepadaku. Namun dia hanya tetap diam dan diam. Terkadang dia hanya berdiri didepan pintu rumah menatapku. Terkadang dia hanya berdiri didepan TV tanpa menontonnya, hanya memandang ke TV. Dan dikali lain dia hanya berdiri mematung didepan pintu dapur ketika aku memasak. Atau pada kesempatan lain dia hanya berdiri menatapku dengan semua tatapan itu didepan pintu kamarku, tanpa pernah masuk dan tidur bersamaku kembali.

Namun pada suatu pagi hari berkata kepadaku yang semakin membuatku sedih “mama… kata ayah mama jahat… ayah menyuruhku agar jangan mendekati mama lagi….”

Aku tak kuasa menahan tangisku mendengar hal ini. aku sungguh merasa semakin hancur. Aku memutuskan untuk melupakan semua kenanganku bersama mas herman. Aku segera berlari kegudang dimana aku menyimpan sebuah peti yang kugunakan untuk menyimpan semua benda benda kenanganku bersamanya. Aku memutuskan untuk membuangnya jauh jauh dari rumah kami, membuangnya jauh jauh dari kehidupan kami. Mungkin dengan demikian mas herman tidak perlu lagi untuk kembali dan mengatakan hal hal yang buruk kepada hari… mungkin dengan demikian mas herman tidak perlu lagi datang dan memberikan tatapan itu kepadaku…

Kubuka peti itu… bersiap membuangnya jauh jauh dari kehidupan kami… tanpa bisa menghilangkan perasaan rinduku padanya, semua kenangan manis yang pernah kami alami, kuucapkan selamat tinggal selamanya pada kenangan itu….

“hallo sayangku…”
Terimakasih telah membaca artikel Suamiku tercinta. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://raver-note.blogspot.com/2013/06/suamiku-tercinta.html. Jika ingin copy paste artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumber.

Share to

Facebook Google+ Twitter Digg Reddit