Pengunjung

Arsip Blog

The Children Upstairs

Seorang pria terluka dalam sebuah kecelakaan mobil dan harus tinggal di rumah selama beberapa Minggu sampai ia sembuh. Istrinya bekerja di luar kota, dan tidak bisa merawatnya.

Itu terlalu menyakitkan baginya jika ia pergi ke luar hanya untuk sekedar jalan-jalan, jadi dia harus menghabiskan sebagian besar waktunya di apartemen tempat tinggalnya. Untuk beberapa hari pertama, itu mudah. Dia memiliki banyak hal yang harus dilakukan. Tapi setelah beberapa hari berlalu, ia menjadi sangat bosan.

Suatu hari, saat itu ia sedang menonton televisi, dan kebetulan ia mendengar langkah kaki, dan suara anak-anak yang berasal dari kamar apartemen di atasnya. Dia bertanya-tanya mengapa ada anak-anak di apartemen ini, sebab sekolah-sekolah
saat ini tidak sedang liburan.

Keesokan harinya, ia mendengar langkah kaki yang sama dengan suara anak-anak yang sama. Kedengarannya seperti ada dua anak-anak bermain.

Keesokan harinya, pria itu pun semakin bosan, dan ia sama sekali tak bisa memasak, jadi ia pun memesan pizza. Ternyata, ia memesan terlalu banyak, dan ketika ia selesai makan, masih ada satu pizza yang sama sekali tak tersentuh di atas meja dapur. Dia ingat bahwa ada beberapa anak yang tinggal di apartemen di atasnya, sehingga ia memutuskan bahwa mereka mungkin mau pizza, secara gratis.

Pria itu belum pernah bertemu dengan keluarga yang tinggal di apartemen di lantai atas. Ketika sampai disana, pria itu membunyikan bel, dan hasilnya tetap sama... tidak ada jawaban—meskipun ia mendengar langkah kaki seseorang di dalam. Dia membunyikan bel lagi, dan menyadari bahwa ada seseorang (di dalam) sedang mengintip dia melalui lubang intip.

"Siapa itu?" Kata seseorang di dalam, suara wanita sepertinya.

Pria itu menjelaskan bahwa dia tinggal di apartemen di lantai bawah, dan memiliki beberapa pizza sisa ari makan siang, dan bertanya-tanya apakah keluarga itu menginginkannya.

Pintu terbuka sedikit, dan pria itu bisa melihat bagian dari wajah wanita itu melalui celah pintu. Dia menyadari bahwa di dalam kamar apartemen itu tampak sangat gelap. "Terima kasih, tapi kami tidak ingin," kata perempuan itu dingin.

"Mungkin anak-anak Anda akan menyukainya," jawab pria itu.

Begitu ia mengatakan hal itu, wajah dua anak-anak berbaris di belakang wajah wanita itu. Pintu itu semakin terbuka meskipun sedikit. Anak-anak tersebut menatapnya. Tiga wajah yang membentuk sebuah garis.

"Oke, saya menerimanya. Terima kasih," kata wanita itu. Sebuah tangan terulur melalui celah dan menyambar kotak pizza yang ditawarkan pria itu.

Pria itu hanya berdiri di sana. Tiga wajah masih menatapnya. Lalu pintu terbanting menutup dan ia berjalan pergi. Sesuatu mengganggunya. Dia merasa keringat dingin mengalir turun ke punggungnya.

Citra dari tiga wajah itu muncul dalam pikirannya.

Dia berjalan lebih cepat, hingga mencapai lift.

Wajah-wajah yang membentuk garis. Pikirnya.

Dia menekan tombol, dan menunggu lift tiba.

Membentuk garis, vertikal. Salah satu di atas yang lain.

Dia menekan tombol lagi dan lagi, tetapi lift masih tidak datang.

Sesuatu benar-benar salah. Wajah-wajah...

Dia dengan cepat mulai berjalan menuruni tangga.

Wajah berbaris, di atas satu sama lain.... itu mustahil.

Dia panik lalu berlari menuruni tangga.

Tidak ada tubuh.

Akhirnya, ia sampai di pintu apartemennya.

Hanya tangan yang memegang seonggok kepala.

Aman di dalam apartemennya, pria itu mengangkat telepon, dan menelepon polisi. Ia mencoba untuk menjelaskan apa yang telah dilihatnya. Ketika polisi tiba, mereka mencari kamar apartemen lantai atas, dan disana mereka menemukan mayat wanita, dan dua anaknya berbaring di bak mandi.

Kepala mereka hilang.

Mereka telah dipenggal dengan gergaji.

Menurut otopsi, mereka sudah mati dari tiga hari yang lalu.

Polisi menemukan suami dari wanita itu sedang bersembunyi di dalam lemari. Tangannya berlumuran darah, dan dia sudah benar-benar gila. Dia terus berusaha meyakinkan polisi bahwa istri, dan anak-anak yang masih hidup.

Lalu beberapa saat kemudian, mereka menemukan pizza yang separuhnya sudah dimakan di meja dapur.
Terimakasih telah membaca artikel The Children Upstairs. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://raver-note.blogspot.com/2013/06/the-children-upstairs.html. Jika ingin copy paste artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumber.

Share to

Facebook Google+ Twitter Digg Reddit